Post as Reminder : Memaknai Fitrah dan Hidup Tenang

Jujur, saya sepertinya jarang sekali atau hampir gak pernah menulis postingan tentang hal-hal yang bersifat religius, karena dibalik penampilan saya, percayalah ilmu agama saya itu masih cetek banget. Tapi, ternyata Allah selalu kasih saya alasan untuk terus bersandar pada-Nya.

Saya akan selalu ingat alasan utama saya pertama kali menggunakan hijab adalah karena saya takut Ayah saya ikut terseret ke neraka. Waktu itu saya sudah kuliah dan momen pertama menggunakan hijab, tidak akan mudah bagi siapapun.

Ketika punya anak, saya memiliki tekad baru untuk memanjangkan hijab saya sesuai syariat yaitu sampai menutup dada. Alasannya jelas anak saya. Saya ingin anak saya melihat contoh yang benar dalam menggunakan hijab secara konsisten, dari saya. Bagaimanapun, saya adalah contoh pertama dan utama bagi anak.

Ternyata, perjalanan saya menggunakan hijab syari di awal-awal tidak seberat ketika pertama sekali menggunakan hijab. Mungkin, karena kondisi kantor saya saat itu sangat mendukung diversity. Saya juga didekatkan dengan orang-orang shalehah. Halo Mba Iki, makasih sudah terus mengajak saya ikut kajian setiap hari Rabu.

Namun, setelah resign semua perjalanan itu seperti stuck. Singkatnya, saya mulai menjauh dari ibadah sunnah. Lama juga berarti Allah menunggu saya untuk datang dan bersandar penuh kepadaNya lagi.

Sampai akhirnya tahun ini, yang menurut saya tahun lumayan berat. Beruntungnya, saya memiliki orangtua yang mau membantu mengingatkan saya tanpa lelah, untuk kembali kepada fitrah manusia : beribadah. Tidak mudah ternyata untuk kembali beribadah mendekatkan dengan hal-hal yang sifatnya sunnah. Godaan setannya luar biasa banget.

Namun, saya tetap coba. Saya kembali mendengarkan kajian lagi. Saat senggang, saya paksa setel kajian lewat youtube atau podcast. Dari situ ternyata, saya menemukan solusi yang selama ini saya cari : memiliki hati yang tenang.

Dulu, saya merasa setelah ikhtiar saya seperti ‘berhak’ meminta hasil yang sesuai keinginan saya kepada Allah. Padahal, apa yang saya inginkan belum tentu baik dan bisa jadi tidak saya butuhkan. Dulu, saya hanya bergantung pada ikhtiar, tapi saya lupa sandarkan hati saya pada Allah.

Betul, ikhtiar itu wajib, tapi hati juga harus ikhlas dengan ketetapan Allah yang sudah tertulis di Laul Mahfudz sejak puluhan ribu tahun lalu. Usaha bisa mengubah takdir, yang mengubah takdir Allah jadi minta ke Allah. Gimana caranya? Ibadah yang ikhlas, niatnya mengharap ridha dan bimbingan Allah.

Masalahnya tetap ada, tapi kalau Allah anugerahkan hati yang ikhlas dan lapang menjalaninya lebih mudah.

Saya lakukan ibadah secara bertahap semampu saya. Mulai dari mendekatkan diri dengan sunnah dan membasahi lisan dengan dzikir. Bertahap dan semampu saya. Iman manusia cenderung naik dan turun, Setan beneran dimana-mana banget untuk membuat hati malas dan ragu melakukan amalan. Padahal, Allah menyukai hal-hal yang bersifat konsisten dilakukan. Jadi, saya lakukan sedikit demi sedikit bismillah insya allah konsisten.

Kembali ke fitrah, bahwa saya diciptakan oleh Allah sebagai manusia untuk beribadah. Jadi seharusnya tidak perlu mempertanyakan apapun, cukup jalani fitrah sebagai manusia saja. Yaitu Ibadah.

One thought on “Post as Reminder : Memaknai Fitrah dan Hidup Tenang

Leave a comment